Jangan sedih
jika memiliki utang menggunung, karena anda juga memiliki potensi untuk
menghasilkan harta segunung atau beberapa gunung.
اللَّÙ‡ُÙ…َّ Ø¥ِÙ†ِّÙŠ Ø£َعُوذُ بِÙƒَ Ù…ِÙ†ْ
الْÙ‡َÙ…ِّ ÙˆَالْØَزَÙ†ِ ÙˆَØ£َعُوذُ بِÙƒَ Ù…ِÙ†ْ الْعَجْزِ ÙˆَالْÙƒَسَÙ„ِ ÙˆَØ£َعُوذُ بِÙƒَ
Ù…ِÙ†ْ الْجُبْÙ†ِ ÙˆَالْبُØ®ْÙ„ِ ÙˆَØ£َعُوذُ بِÙƒَ Ù…ِÙ†ْ غَÙ„َبَØ©ِ الدَّÙŠْÙ†ِ ÙˆَÙ‚َÙ‡ْرِ
الرِّجَالِ
”Ya
Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada Engkau dari bingung dan sedih. Aku
berlindung kepada Engkau dari lemah dan malas. Aku berlindung kepada Engkau
dari pengecut dan kikir. Dan aku berlindung kepada Engkau dari lilitan hutang
dan kesewenang-wenangan manusia.” Kata Abu Umamah radhiyallahu ’anhu: ”Setelah
membaca do’a tersebut, Allah berkenan menghilangkan kebingunganku dan
membayarkan lunas hutangku.” (HR Abu Dawud 4/353)
Doa
ampuh yang diajarkan Nabi shollallahu ’alaih wa sallam kepada Abu Umamah
radhiyallahu ’anhu merupakan doa untuk mengatasi problem hutang berkepanjangan.
Di dalam doa tersebut terdapat beberapa permohonan agar Allah ta’aala lindungi
seseorang dari beberapa masalah dalam hidupnya. Dan segenap masalah tersebut
ternyata sangat berkorelasi dengan keadaan seseorang yang sedang dililit
hutang.
Pertama, ”Ya Allah aku berlindung kepada Engkau dari bingung dan sedih.” Orang
yang sedang berhutang biasanya mudah menjadi bingung dan tenggelam dalam
kesedihan. Sebab keadaan dirinya yang berhutang itu sangat potensial menjadikannya
hidup dalam ketidakpastian alias bingung dan menjadikannya tidak gembira alias
berseduih hati.
Kedua, ”Aku berlindung kepada Engkau dari lemah dan malas.” Biasanya
orang yang berhutang akan cenderung menjadi lemah. Dan biasanya orang yang malas
dan tidak kreatif dalam menjalani perjuangan hidup cenderung mudah berfikir
untuk menacari pinjaman alias berutangketika sedikit saja menghadapi rintangan
dalam hidup. Sedangkan orang yang rajin cenderung tidak berfikir untuk
berhutang selagi ia masih punya ide solusi selain berhutang dalam hidupnya.
Orang rajin bahkan akan menolak bilamana memperoleh tawaran pinjaman uang
karena ia anggap itu sebagai suatu beban yang merepotkan.
Ketiga, ”Aku berlindung kepada Engkau
dari sifat pengecut dan kikir.” Biasanya orang yang terlilit
hutang menjadi orang yang diliputi rasa takut. Ia cenderung menjadi pengecut.
Jauh dari sifat pemberani. Mentalnya jatuh dan tidak mudah memiliki kemantapan
batin. Dan orang yang berhutang mudah menjadi kikir jauh dari sifat demawan.
Bila kotak amal atau sedekah melintas di depannya ia akan membiarkannya berlalu
Hal ini karena ia menggunakan logika ”Bagaimana aku bisa bersedekah, sedangkan
hutangku saja belum lunas.”
Keempat, ”Dan aku berlindung
kepada Engkau dari lilitan hutang dan kesewenang-wenangan manusia.” Doa bagian
akhir mengandung inti permohonan seorang yang terlilit hutang. Ia serahkan
harapannya sepenuhnya kepada Allah ta’aala Yang Maha Kaya lagi Maha Terpuji
agar menuntaskan problem hutang yang berkepanjangan membebani hidupnya. Di
samping itu ia memohon agar dirinya dilindungi Allah ta’aala dari
kesewenang-wenangan manusia.
Kesewenangan
dimaksud terutama yang bersumber dari fihak yang berpiutang. Sebab tidak jarang
ditemukan bahwa fihak yang berpiutang lantas bertindak zalim kepada yang
berhutang. Ia merasa telah menanam jasa dengan meminjamkan uang kepada yang
berhutang. Lalu ia merasa berhak untuk berbuat sekehendaknya kepada yang
berhutang apalagi jika yang berhutang menunjukkan gejala tidak sanggup melunasi
hutangnya dengan segera.
Itulah
sebabnya dunia modern dewasa ini banyak diwarnai oleh berbagai tindak
kezaliman. Sebab dalam era dunia modern manusia sangat mudah berhutang. Dalam
kebanyakan transaksi manusia dianjurkan untuk terlibat dalam hutang alias
transaksi yang tidak tunai. Sedikit sedikit kredit. Apalagi skema pelunasan
hutangnya melibatkan praktek riba yang termasuk dosa besar. Islam adalah ajaran
yang menganjurkan manusia untuk membiasakan diri bertransaksi secara tunai. Ini
bukan berarti Islam mengharamkan berhutang. Hanya saja Islam memandang bahwa
berhutang merupakan suatu pilihan yang bukan ideal dan utama. Itulah sebabnya
ayat terpanjang di dalam Al-Qur’an ialah ayat mengenai berhutang, yaitu surah
Al-Baqarah ayat 282.
Suatu
ketika Khalifah Umar bin Khattab radhiyallahu ’anhu didatangi anaknya yang
hendak meminjam uang. Lalu ia berkata kepadanya ”Nak, aku tidak punya uang.”
Lantas anaknya mengusulkan agar ayahnya pinjamkan dari Baitul Maal (Simpanan
Kekayaan Negara). Maka Umar-pun menulis memo kepada pemegang kunci Biatul Maal
yang isinya: ”Wahai bendahara, tolong keluarkan sekian dinar dari Baitul Maal
untuk aku pinjamkan ke anakku. Nanti biar aku cicil dengan potong gajiku tiga
bulan ke depan.”
Maka
memo tersebut dibawa oleh anaknya dan diserahkan kepada bendahara. Tidak berapa
lama iapun kembali menemui ayahnya dengan wajah murung.
”Ayah, aku tidak menerima apa-apa dari bendahara
kecuali secarik kertas ini untuk disampaikan kepadamu.” Maka Umar menyuruh
anaknya membacakan isi memo balasan itu. Isinya ”Wahai Amirul Mu’minin Umar bin
Khattab, bagiku sangatlah mudah untuk mengeluarkan sekian dinar dari Baitul
Maal untuk engkau pinjam. Namun aku minta syarat terlebih dahulu darimu. Aku
minta agar engkau memberi jaminan kepadaku bahwa tiga bulan ke depan Amirul
Mu’minin Umar bin Khattab masih hidup di dunia untuk melunasi hutang tersebut.”
Maka Umar langsung beristighfar dan menyuruh anaknya pulang…!
Untuk Informasi lebih lengkap
Klik Disini »
Info layanan kami :
Di Doakan Secara Khusus Klik Disini » · Terapi Air Hikmah Klik Disini » · Pengizajahan Ilmu Hikmah Klik Disini » · Tasbih Laduni Klik Disini » · Ilmu Rajah / Wifik Klik Disini » · Milikilah Ilmu Hikmah Mencapai Hidup Berkah dan Barokah Klik Disini » · Anda ingin Menjadi Santri Online Al-Hikmah Nur Imani Klik Disini » · Berkunjung ke Al-Hikmah Nur Imani Untuk Konsultasi Langsung. Klik Disini »