Kita tidak akan pernah tahu bagimana menyembahNya sebelum
kita mulai dengan bagaimana mencintaiNya, Untuk
meraih makna ibadah yang sesungguhnya maka mulailah dengan mencintai Dia yang
memerintahkannya
Cinta adalah unsur terpenting dalam ibadah.
(berharap) dan khauf (takut),
cinta menjadi perasaan hati yang melengkapi ketundukan kita kepada Allah.
Salah satu ajaran dalam Islam adalah
tentang ibadah. Ibadah ini menjadi salah satu risalah bukan dimaksudkan untuk
membenani umat Muhammad SAW melainkan dimaksudkan untuk mengarahkan perilaku
manusia menjadi terarah dengan baik sehingga manusia sebagai khalifah dapat
menjalankannya dengan sempurna.
Ditinjau dari segi bahasa, ibadah memiliki
arti taat atau patuh atau menurut. Para ahli tauhid mengartikan ibadah dengan
meng- Esakan Allah serta menundukkan diri dan jiwa kita kepada-Nya. Makna ini
didasarkan pada ayat, "Sembahlah
Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu
apa pun." (QS. 4/An-Nisa’: 36)
Namun ibadah, menurut Ahli fiqih, adalah
Apa yang kita kerjakan untuk meraih keridhoan Allah SWT dan mengharap
pahala-Nya di akhirat kelak.
Definisi ibadah itu antara lain :
1. Ibadah ialah taat kepada Allah
dengan melaksanakan perintah-perintah-Nya (yang digariskan) melalui lisan para
Rasul-Nya,
2. Ibadah adalah merendahkan diri
kepada Allah , yaitu tingkatan ketundukan yang paling tinggi disertai dengan
rasa mahabbah (kecintaan) yang paling tinggi,
3. Ibadah ialah sebutan yang
mencakup seluruh apa yang dicintai dan diridhai Allah , baik berupa ucapan atau
perbuatan, yang dzahir maupun bathin. Ini adalah definisi ibadah yang paling
lengkap.
Agar ibadah kita
itu mendapatkan ridho dari Allah SWT, maka ada dua syarat yang harus dipenuhi.
1. Sah. Maksudnya perbuatan ibadah (misalnya sholat atau puasa atau haji yang kita kerjakan) tersebut harus sesuai dengan ketentuan hukum Islam.
2.Ikhlas, yakni mengerjakannya semata-mata karena Allah. Bukan karena
mengharap dipuji oleh sesama manusia. "Dan hanya kepada-Nya kami
mengikhlaskan hati. (QS. 2/Al-Bacjoroh: 139)
Katakanlah (Hai Muhammad), "Sesungguhnya aku
diperintahkan agar menyembah Allah dengan penuh ketaatan kepada-Nya dalam
(menjalankan) agama. Dan aku diperintahkan supaya menjadi orang yang
pertama-tama berserah diri." (QS. 39/Az-Zumar: 11-12)
Ibadah
itu juga terbagi menjadi ibadah hati, lisan dan anggota badan. Rasa khauf
(takut), raja’ (mengharap), mahabbah (cinta), tawakkal (ketergantungan),
raghbah (senang) dan rahbah (takut) adalah ibadah qalbiyah (yang berkaitan
dengan hati). Sedangkan shalat, zakat, haji, dan jihad adalah ibadah badaniyah
qalbiyah (fisik dan hati). Serta masih banyak lagi macam-macam ibadah yang
berkaitan dengan hati, lisan dan badan.
Ibadah inilah yang menjadi tujuan penciptaan
manusia, Allah berfirman, “Dan Aku tidak menciptakan jin
dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku. Aku tidak menghendaki rizki
sedikitpun dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya mereka memberi Aku makan.
Sesungguhnya Allah, Dia-lah Maha Pemberi rizki yang mempunyai kekuatan lagi
Sangat Kokoh.”
(QS. Adz-Dzariyat: 56-58)
Allah memberitahukan, hikmah penciptaan jin dan manusia adalah agar mereka melaksanakan ibadah kepada Allah . Dan Allah Maha Kaya, tidak membutuhkan ibadah mereka, akan tetapi merekalah yang membutuhkan-Nya. Karena ketergantungan mereka kepada Allah , maka mereka menyembah-Nya sesuai dengan aturan syari’at-Nya. Maka siapa yang menolak beribadah kepada Allah , ia adalah sombong. Siapa yang menyembah-Nya tetapi dengan selain apa yang disyari’atkan-Nya maka ia adalah mubtadi’ (pelaku bid’ah). Dan siapa yang hanya menyembah-Nya dan dengan syari’at-Nya, maka dia adalah mukmin muwahhid (yang mengesakan Allah ).
Setiap perbuatan apabila diniatkan untuk mengharap ridha Allah dan
untuk mendekatan diri kepada Allah, maka itu adalah ibadah karena Allah.
Seorang Muslim, beribadah kepada Allah dengan berbakti kepada kedua orang
tuanya, sebagaimana disebutkan dalam hadits dari Abdullah bin ‘Amru bin Ash
Radhiyallahu Anhuma, dia berkata, “Ada seorang laki-laki datang kepada Nabi
Shallallahu ‘alaihi wasallam untuk meminta izin ikut berjihad. Lalu Nabi
Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, ‘Apakah orangtuamu masih hidup?
Laki-laki tersebut menjawab, ‘Masih’. Lalu Nabi bersabda, “Berbaktilah kepada
keduanya kemudian berjihad.” (HR. Bukhari,, Muslim,Abu Dawud, dan Nasa’i) Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa Salam menjadikan berbakti kepada kedua orangtua seperti
berjihad di medan perang.
Usaha kita untuk menyambung silaturahim merupakan ibadah. Infak yang
kita berikan kepada anak-anak merupakan ibadah kepada Allah. Nabi Shallallahu
‘alaihi wasallam berkata kepada Sa’ad bin Abi Waqqash, “Sesungguhnya tidaklah
nafkah yang diniatkan untuk mencari keridhaan Allah kecuali akan diberi
balasan, sampai saat kamu berhubungan intim dengan istrimu (juga diberi
balasan) ” (HR. Bukhari dan Muslim)
Menjalankan usaha perdagangan jual beli dan roda bisnis yang lain,
Pernikahan yang bertujuan untuk menjaga diri, kemaluan dan menahan pandangan,
menjauhkan diri dari semua perbuatan yang hina dan yang diharamkan, jika
diniatkan sebagai bentuk ketaatan kepada Allah maka akan diberi pahala atas
niat yang mulia tersebut. Karenanya, sebagian ulama salaf berkata tentang
tafsir hakikat takwa, “Takwa itu adalah beramal dengan penuh ketaatan kepada
Allah di atas cahaya-Nya, serta mengharapkan dari itu semua balasan dari Allah,
dan meninggalkan maksiat karena Allah di atas cahaya-Nya dan takut dari
siksa-Nya.” (Thalaq bin Habib Rahimahullah disarikan oleh Ibnu Al-Mubarak dalam
Kitab Az-Zuhd, hal.1343 dan oleh Hanad dalam Az-Zuhd, hal. 522)
Inilah syariat Islam yang mengajak kaum Muslimin kepada kebaikan. Allah
menjadikan kebaikan itu bermacam-macam yang tujuannya untuk menambah kebaikan
dan mengangkat derajat serta mempersempit ruang kejelekan dan kesalahan.
Ketika Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam mengabarkan tentang pahala
tasbih, takbir dan tahmid, Nabi
bersabda, “dan
bersetubuh dengan istri merupakan sedekah. Para sahabat bertanya, ‘Ya Rasulullah, apakah jika salah seorang di
antara kami menyalurkan hasrat biologisnya (kepada istrinya) juga mendapat
pahala?’ Nabi menjawab, ‘Bukankah kalau dia menyalurkan hasrat biologisnya pada
yang haram, dia berdosa? Maka demikian juga kalau dia menyalurkan pada yang
halal, maka ia juga akan mendapatkan pahala.”
Lihatlah
kenikmatan dan kelezatan balasan ibadah dan ketaatan kepada Allah. Ini
merupakan bagian dari nikmat Allah kepada seorang Muslim yang bisa mengubah
sesuatu yang bersifat mubah menjadi ibadah dan ketaatan kepada Rabb semesta
alam. Bahkan, tidur dan istirahatnya seorang hamba yang diniatkan untuk
bertakwa kepada Allah di atas kebaikan juga meruapakan ibadah. Aisyah
Radhiyallahu Anha berkata,“Dia (Nabi) berpuasa sampai kami mengatakan dia tidak
pernah berbuka dan dia itu berbuka sampai kami mengatakan dia tidak pernah
berpuasa.” (HR. Bukhari dan Muslim, dalam Bab Puasa)
Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Sesungguhnya amal yang
paling dicintai itu adalah amalan yang konsisten walaupun sedikit.” (HR.
Bukhari dan Muslim dari aisyah).
Amalan yang
sedikit tapi dikerjakan tiap hari itu lebih baik dari amalan yang banyak namun
tidak konsisten. Seorang Muslim, mempunyai bermacam-macam ibadah dan dia bisa
menjalankan sesuai dengan kemampuannya. Kebaikan juga beraneka ragam. Inilah
yang dituntut dari seorang Muslim sehingga hubungannya dengan Allah, agama, dan
Nabinya menjadi lebih kuat.
Seorang hamba wajib untuk menjalankan ibadah kepada Allah. Ibadah
merupakan tanda kemuliaan, mahkota kebaikan, dan pada hakikatnya lebih mahal
dari semua perhiasan dunia. Ketika ibadah merupakan amalan yang paling agung
dan mulia, maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam dipanggil dengan panggilan
yang paling agung, yaitu panggilan peribadatan kepada Allah.
Allah berfirman,
“Dan bahwa
tatkala hamba Allah (Muhammad) berdiri menyembah-Nya (mengerjakan ibadat)
hampir saja jin-jin itu desak mendesak mengerumuninya.” (Al-Jinn: 19)
Inilah tanda kemuliaan yang seyogianya kita bangga membawanya di dalam
peribadatan kita kepada Allah. Karena dalam ibadah tersebut terdapat kemuliaan,
kebahagiaan serta kebaikan dunia dan akhirat. Maka orang-orang yang mengklaim
mengangkat kemuliaan Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam dan derajatnya secara
berlebih-lebihan bahkan sampai menuhankannya, pada hakikatnya mereka telah
salah. Karena Nabi pun dipanggil oleh Allah dengan panggilan peribadatan kepada
Allah.
Bahkan segala yang Allah cintai dan
ridhoi terkandung di dalam ibadah. Titik sentral yang sebenarnya adalah di hati
kita, bagaimana iman kita terhadap-Nya, bagaimana kita mencintai dan mengenal
Allah SWT, serta bagaimana kita hidup dalam takut akan Dia, bertaubat pada-Nya,
ridho akan hukum-Nya, dan bertawakal kepada-Nya. Inilah tujuan Allah SWT menciptakan
manusia di dunia ini
Semoga bermanfaat berkah dan
barokah
Baca Juga :
Di Doakan Secara Khusus Untuk Menyelsaikan Masalah anda KlikDisini
PERHATIAN: Bagi anda yang mengingikan dan mau mengamalkan Ilmu Ilmu Hikmah ini, yang penting anda mau mengeluarkan Shodaqoh seiklasnya, untuk perjuangan dakwah islamiah bersama Al-Hikmah Nur Iman dan berbagi kepada Fakir Miskin dan Anak Yatim dan Fisabillilah, Ilmu Hikmah yang anda inginkan akan kami berikan kepada anda.
Shodaqoh anda adalah ibadah anda.
Hasilnya akan kami Sumbangkan !!!
Untuk Perjuangan dakwah Islamiyah
Anda yang Mau Bergabung bersama kami dengan
yang lainya Menjadi Santriwan Santriwati secara Online di AL-HIKMAH NURIMANI
MERAIH KUNCI SUKSES DUNIA & AKHIRAT
“Barang siapa yang berjalan menuju Allah, Maka
Allah akan berlari menuju dia. Siapa yang berlari menuju Allah, maka Allah akan
melompat dan memelukNya”